• Selamat menjalankan ibadah puasa

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • Sebarkan senyum dan sapa selalu di setiap kesempatan

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • Jangan lupa juga rawat toleransi atas keberagaman

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • Insya Allah berkah

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • Untuk menggapai yang fitri (suci) di hari yang fitri

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Showing posts with label Opini. Show all posts
Showing posts with label Opini. Show all posts

Tuesday 16 August 2016

Relasi antara Agama, Kemanusiaan dan Negara

   

Di Indonesia keberagaman merupakan kekuatan utama yang dimiliki bangsa. Tak terkecuali keberagaman dalam memeluk keyakinan. Masyarakat boleh memeluk agama sesuai keyakinan masing-masing. Kasus pembakaran dan perusakan tempat ibadah yang dilakukan oleh sekelompok orang di Tanjung Balai, Sumatra Utara, (29/7) merupakan tindakan yang menederai toleransi.

1.bp.blogspot.com/

Tragedi tersebut tentu menambah daftar panjang tindakan disitegrasi dan intoleransi yang terjadi di Indonesia. Setelah setahun lalu terjadi pula pembakaran tempat ibadah di Tolikara, Papua. Tentu selain merusak toleransi juga mencoreng nama Indonesia sebagai negara demokrasi. Pancasila yang menjadi dasar negara mengisyaratkan bila negara tidak hanya dimiliki oleh sekelompok agama, suku, ras, etnis maupun golongan tertentu melainkan berdiri di atas kesemuanya.

Perusakan tempat ibadah merupakan sebuah kejahatan. Tempat ibadah merupakan benda tak bernyawa yang tak bisa dijadikan sasaran kemarahan. Bahkan dalam situasi perang berkecamuk, tindakan tersebut tak dapat dibenarakan. Sama sekali agama manapun mengajarkan perpecahan. Justru hal ini jauh dari nilai-nilai agama dan nilai kemanuiaan.

Manusia yang memanusiakan


http://www.markijar.com

Sebagai makhluk yang paling mulia dan sempurna kedatangannya di muka bumi ini tentunya bukan tanpa sebab. Manusia adalah wakil Allah di bumi yang dikarunia akal budi serta hati. Berbeda dengan hewan yang hanya dibekali oleh Tuhan naluri semata. Bisa jadi saling memangsa, bahkan memangsa anaknya sendiri. Tak ada alasan mengelak untu tidak saling menhormati dan menghargai satu sama lain. Boleh jadi kulitnya beda hitam dan putih, rambutnya kriting dan lurus, bahasanya lain, suku, etnis, ras dan agamanya berbeda. Ada satu hal yang sangat esensial yang tak boleh dilupakan adalah mereka sama-sama manusia.

Manusia memiliki sebuah anugrah dari Allah untuk hidup di dunia ini. Sebuah hak untuk hidup yang bersifat egaliter dan universal. Hak asasi memeroleh kebebasan. Kebebasan sebagai manusia tentu tak tepat bila dieksploitasi berlebihan. Kebebasan manusia terbatas oleh kebebasan manusia lain

Penyegaran akan implementasi akan nilai-nilai humanisme kiranya perlu digencarkan. Bagaimanapun juga, kita tak akan menemukan persamaan dalam arti satu golongan secara mutlak di belahan dunia manapun. Sudah kodratnya manusia berbeda satu sama lain. Menurut Komaruddin Hidayat (1998:45), dalam hidup beragama, orientasu kemanusiaan perlu mendapat apresiasi dan perhatian. Hikmah hidup beragama meurut Komararuuddin harus bermuara pada komitmen untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan tanpa harus dihantam oleh sentiment kelompok keagamaan

Gus Mus pernah menyatakan, beragama merupakan wasilah (sarana) untuk mencapai Tuhan. Semua umat beragama berusaha untuk menuju Tuhan. Seyogianya mereka saling menghargai dan menghormati pilihan masing sebagaimana mereka ingin dihargai.

Selanjutnya, Hal yang tak kalahh pentingnya yaitu memahami relasi antara negara dan agama. Negara Indonesia mempunyai ideologi pancasila. Bukan salah satu dari agama. Berarti ia melindungi segenap warga negara Indonesia itu sendiri. Dan agama dapat dijadikan prilaku sosial dalam berbangsa dan bernegara.

Peran Negara serta Dialogis Umat


bukubiruku.com

Maka peran negara dalam menjamin kerukunan umat beragama khususnya dan perbedaan secara luas pada umumnya sangat dibutuhkan. Mengingat otoritas utama roda pemerintahan dan keamanan terletak pada negara. Pencegahan isu-isu SARA dan penanaman wawasan keberagaman oleh negara pun sangat berguna. Agara masyarakat tidak mudah terprovokasi untuk saling  menyalahkan, bermusuhan bahkan saling menyerang.

Selain itu, dialog lintas agama yang telah berjalan agar lebih digiatkan. Tidak hanya kaku pada tahap formalitas saja. Implementasi dialog antar umat bisa menjadi prilaku sosial dalam kehidupn sehari-hari. Sebab dialog dan diskusi merupakan bentuk cerminan kerukunan dan keterbukaan untuk menemukan solusi juga kemesraan berdampingan antar umat.


Sumber gambar sampul: www.galeribudaya.com


Share:

Sunday 26 June 2016

Puasa Ramadhan dan Menutup Warung Makan



Pada Ramadhan kali ini tentu ingatan kita masih lekat dengan  kasus ibu Saeni, seorang ibu pedagang makanan di Serang Banten beberapa hari yang lalu, Jumat, (10/6). Satpol PP merazia barang dagangannya hingga menyitanya tanpa ampun karena berjualan pada siang hari di bulan puasa.

Simpati masyarakat pun bergulir. Sumbangan dana yang dipelopori oleh Dwika Putra telah mencapai lebih dari 139 juta rupiah. Dwika mengatakan bila motifnya hanya karena tidak tega dan kasihan. Ini menggambarkan bila nurani dan toleransi di negeri ini masih hidup.

Islam Rahmat untuk Semua
Islam sendiri merupakan agama rahmat (cinta kasih). Nabi Muhammad diutus dimuka bumi bukan menjadi rahmat bagi kaum muslimin saja, melainkan bagi alam semesta. Sama halnya yang termaktub dalam Q.S Al-Anbiya ayat107, Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi alam semetsta.         

Tentu pernyataan rahmat bagi alam semesta ini menjadi pembahasan yang menarik. Apakah itu sesama kaum muslimin, sesama manusia atau pun sesama makhluk ciptaan Tuhan. Kalau kita sudah sepakat demikian, kita tidak akan mau mengusik ketenangan orang lain hanya demi sepatah kata penghormatan.

www.liputan6.com

Menyuruh menutup warung di bulan puasa demi penghormatan sepihak terhadap suatu golongan adalah tindakan yang kurang tepat. Kita hidup berbangsa dan bernegara berdampingan dengan umat beragama lain yang tidak menjalankan ibadah puasa. Bahkan kaum muslimin sendiri ada yang tidak berkewajiban berpuasa, seperti anak-anak, orang sakit, musafir (orang yang bepergian jauh), perempuan haid, hingga perempuan menyusuhi.  Alangkah egoisnya kita, bila menyuruh orang yang tidak berkewajiban puasa untuk berpuasa.
          
Belum lagi para pedagang kecil yang sehari-hari menggantungkan nasibnya dari hasil dagangannya. Ibaratnya kalau hari ini tidak berjualan besoknya tidak bisa makan. Bila mereka dilarang berjualan apalagi barang dagangannya disita. Apalagi kalau tindakan penutupan itu dilegitimasi oleh aparatur negara.  

Pendangkalan Makna Puasa                  
Sebagai umat Nabi Muhammad seharusnya kita meneladani akhlak beliau yang tidak diskriminatif apalagi gila hormat. KH Ahmad Musthofa Bisri, seorang ulama muslim pernah meyatakan dalam tulisannya perihal penutupan warung di bulan Ramadhan. Begini kutipannya,“Apakah hanya pedagang-pedagang warung yang harus menghormati Ramadan dan mereka yang merusak tatanan justru bisa terus melenggang melecehkan kesucian Ramadan? Atau apakah sebenarnya maksud kita dengan penghormatan terhadap Ramadan itu?
        
Dari peryataan lewat pertanyaannya itu bisa dipetik tiga poin. Yang pertama, ketika warung-warung saja yang dipaksa tutup untuk menghormati Ramadhan, hal ini dipahami bahwa diskriminatif terhadap pedagang-pedagang. Karena sebenarnya esensi puasa Ramadhan justru lebih kepada seberapa tangguh insan muslim mengendalikan diriya. Meanahan nafsunya dari segala perbuatan tercela yang bias merusak puasanya. Bukan hanya sekedar menahan untuk tidak makan dan tidak minum.

Kedua  yakni pernyataan, mereka yang merusak tatanan justru bisa terus melenggang melecehkan kesucian Ramadan. Kalimat ini menegaskan kalau negara atau umat islam jangan hanya fokus pada yang sifatnya tampak diluar atau dangkal.  Sehingga orang-orang yang melakukan maksiat  serta melanggar aturan agama dan negara yang justru mencederai makna ramadhan bisa bergeak bebas.

lachi17.deviantart.com

Ketiga, apakah sebenarnya maksud kita dengan penghormatan terhadap Ramadan itu. Sudah benarkah logika kita melakukan penutupan warung demi menghormati bulan Ramadhan serta juga orang yang berpuasa. Atau mungkin itu hanya dalih kita (muslimin) yang minta dihormati. Padahal ibadah puasa merupakan ibadah yang samar dan jauh dari pamer apalagi ingin dihormati. Pertanyaan saya, bisakah Anda membedakan mana orang yang sedang berpuasa dan mana yang tidak?

Lebih jelasnya, mari kita pahami lagi makana puasa dari bahasa arab shoum berarti menahan. Di sini yang dimaksud menahan, yakni menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa. Bisa juga mengendalikan hawa nafsu kita. Oleh sebab itu, kalau logika berpuasa hanya dikaitkan dengan makan dan minum yang implikasinya berdampak pada kebijakan menutup warung. Makna puasa telah mengalami pendangkalan makna.
        
Saya pribadi mempunyai pengalaman. Namun bukan saat bulan Ramadhan. Suatu dini hari perut saya lapar sekali. Mau makan tetapi tak ada nasi yang tersisa. Mau beli makanan tapi tidak ada warung yang buka. Karena tempat tinggal saya di pedesaan yang sepi saat menginjak jam sembilan malam ke atas. Akhirnya saya putuskan untuk menahan lapar saya hingga pagi harinya ibu saya memasak nasi. Sungguh lapar sangat menyiksa saya waktu itu.  Padahal cuma beberapa jam saja.


Sumer gambar sampul www.borneonews.co.id
Share:

Friday 27 May 2016

Cakap Bermedia Sosial, Menjadi Pengguna Media Sosial yang Santun dan Beretika


Inspirasi KIta.com - Cakap Bermedia Sosial, menjadi pengguna media sosial yang santun dan beretika . Dalam internet istilah jejaring sosial atau sering disebut media sosial merupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan kita. Bahkan saking dekatnya, ia menjadi media sosial telah menjadi life style dan pandangan hidup kita, tanpa disadari. Kalau tak percaya, lihat saja pada diri kamu sendiri, bagaimana rasanya satu hari atau seminggu tanpa mengakses Medsos atau media sosial. Galau kan? Kalau iya, berarti media sosial sudah menjadi gaya hidupmu.  Beranjak dari sini, cakap bermedia sosial wajib dilakukan.

Atau semisal kita sering update status, upload foto dan sebagainya demi menuai jempol yang banyak dan komen-komen yang kita inginkan. Ini merupakan gangguan psikologis. Atau kita sering membaca ujaran kebencian dan informasi yang cenderung memicu perselisihan. Dan lagi-lagi, tanpa kita sadari hal seperti ini bisa membentuk mindset kita, yang berakibat pada pembentukan karakter. Sebenarnya masih banyak lagi contoh-contoh yang benar-benar nyata terjadi. Alangkah riskan bukan,..

saifulrohman1.files.wordpress.com

Cak Nun, salah seorang penyair dan budayawan pernah menyatakan dalam pengajiannya. Media sosial itu dapat membuat orang menjadi pengecut, lari dari tanggung jawab. Bagaimana tidak, orang bebas berbicara dan bereksperesi tanpa harus memikirkan tanggung jawabnya. Kadang orang terlihat cerewet di media sosial, padahal di kehidupan sungguhan pendiam. “Pada zaman kerajaan majapahit, semakin tinggi pangkat orang maka senjatanya makin pendek. Taruhlah prajurit Majapahit senjatanya tombak panjang, sedang para raja dan panglimanya berenjata pamungkas keris,”ujarnya suatu ketika jika saya tak salah ingat.

Baca juga:
Puasa Ramadhan dan Menutup Warung Makan
Buat Apa Kuliah Kalau Ujung-ujungnya Kerja?

Dibalik dampak-dampak negatif yang dilatarbelakangi medsos, tak sedikit pula ruang-ruang positif yang bisa dinikmati oleh netizen dan pengguna media sosial. Mulai dari membangun komunikasi dengan keluarga atau teman yang jauh, masuk pada komunitas yang kita gemari di dunia maya, tempat mencari hiburan, hingga menjalin relasi untuk kepentingan bisnis ataupun yang lainnya. Memang kedewasaan pengguna, sangat berpengaruh pada bijaknya penggunaan medsos. 

Sampai di sini, etika bersosial media mutlak diperlukan. Apalagi pengguna medsos tidak hanya orang-orang dewasa saja, melainkan remaja dan anak-anak yang masih sangat butuh pendampingan. Menurut saya hampir tak ada bedanya etika di dunia nyata mapun di dunia nyata. Etika yang berlaku di dunia nyata harusnya pun berlaku di dunia nyata. Semisal kalau di kehidupan sehari-hari kita tidak boleh mencuri, menghina, mencari kesalahan orang, memfitnah dan sebagainya, berarti itu pula belaku di dunia maya.


Maka, setelah memahami etika bersosial media, hendaknya para pengguna medsos juga cakap dalam bermedia sosial. Artinya, selain beretika pengguna medsos tetap harus mengerti situasi kondisi dan berhati-hati dalam bermedia sosial. Sebab, sama halnya kehidupan nyata, di dunia maya juga rentan terjadi tindak kejahatan dan tindakakan tak patut yang merugikan orang lain. Berikut akan saya bagikan tips-tips agar aman bermedsos:

1)  Usahakan jangan samapai memasang nama dan profile lengkap. Karena ini bisa dijadikan celah tindak kejahatan.

2)  Tidak sembarang memasang foto dan video pribadi di medsos.

3)  Berhati-hati dalam mengekspresikan perasaan, karena bisa saja orang tidak nyaman atau risi atas hal demikian.

4)  Mengecek kebenaran yang diterima lewat internet. Jangan mudah men-share berita tanpa klarifikasi atau tabayun dulu. Bisa saja berita itu hoax, tidak valid atau bahkan mengandung profokasi perselisihan.

5)  Jangan mengklik link atau konten yang tidak jelas. Mungkin sekali itu berisi malware, spam, trojan atau phising.

6)  Jangan mengakses konten atau situs-situs terlarang, seperti  situs  pornografi. Karena jika itu terjadi, data kamu akan tersimpan di server sebagai pengakses situs tadi. Ini disebut BIG DATA

    Demikianlah uraian cakap bermedia sosial. Semoga membantu kawan-kawan dalam bermedia sosial. Aamiin.


      Baca juga: 
      Emansipasi wanita, Emansipasi yang Seperti Apa? 



Sumber gambar sampul: hasanmuhamad.wordpress.com






Share:

Monday 9 May 2016

Belajar Memanusiakan Manusia dengan Teori Pembelajaran Holistik



Inspirasi Kita.com - Baik Gaes. Pada postingan kali ini saya akan memosting lagi matei kuliah yang diampaikan dosen saya mengenai Ilmu Pendidikan. Lagi-lagi saya ulangi Gaes I’tikad saya. Jika belajar tak harus dari sekolah formal. Maka berawal dari sini saya ingin berbagi dengan kawan-kawan semua.

Pernahkah kamu dengar bahkan tahu tentang Teori Pembelajaran Holistik? Oke tak usah berlama-lama. Akan saya bahas dengan sederhana saja maknadari holistic yakni menyeluruh. Kaitannya dengan belajar holistik, berarti untuk mengembangkan potensi peserta didik secara menyeluruh untuk mencapai level tertentu.

Misal begini Gaes. Setiap peserta manusia mempunyai kemampuannya masing-masing. Baik itu aspek, fisik, emosional, kognitif(intelektual), sosial, estetika( seni) dan spiritual. Jadi tujuannya yaitu untuk menumbuhkembangkan dan menjadikan manusia benar-benar manusia (manusia seutuhnya).  Lha setelah potensi tadi terkelola dengan baik  diharapkan dapat bermanfaat dan interkonektif bagi personal orang tadi, lalu bermanfaat ke level komunitas (keluarga, teman-teman), kemudian sosial(umat manusia), naik lagi ke level  planetial (lingkungan alam), bahkan diharapkan bisa bermanfaat ke level komik (semesta raya).


islami.co

Kalau kita melihat kenyataan langsung Gaes di dunia nyata. Khususnya di Indonesia, banyak orang yang pintar(intelktualnya tinggi) tapi korupsi atau skillnya bagus malah suka berantem. Yaitu tadi karena mereka hanya memfokuskan sebagian saja dari potensi-potensi yang ada pada diri mereka sendiri. Tidak belajar holistik.

Pada akhirnya di dunia ini saling terkait gaes. Semisal begini, terjadi kesenjangan antara rakyat bodoh dan miskin (belum mengembangkan potensinya) dengan pintar dan kaya (saya ibaratan ini sudah mengembangkan potensinya). Jika jarak kesenjangan si Miskin dan si Kaya terlau jauh, maka produktivitas suatu masyrakat akan buruk. Itu sebabnya meski negara Indonesia banyak pengusaha, konglomerat tapi tragedi kemanusian sering terjadi. Karena kesenjangan, anatara si Miskin dan si Kaya. Ini contoh Gaes. Masih banyak kasus sebenarnaya :)

Saya ibaratkan lagi begini Gaes. Anda seorang pendidik yang baik, anti korupsi,  jujur amanah dan berkualitas di tempat lain ada Si A pendidik yang bermental korup, khianat dan tak displin. Di sisi lain Anda mengajarkan anti korupsi kepada orang, di sisi lain ada orang yang mengajari untuk korupsi. Kalo disederhanakan orang anti korupsi  berjalan, di sisi lain bajingan yang korupsi tambah banyak. Berbeda jika kesenjangan itu tipis.

Saya simpulkan lagi Gaes. Pembelajaran Holistik itu didasaran pada premis bahwa setiap individu mempunyai potensi untuk menemukan jati diri, makna dan tujuan hdup yang sejati. Dengan premis tersebut, pembelajaran holistik berusaha membangkitkan dan membangun semaksimal mungkin seluruh potensi yang dimiliki individu secara intrinsik, utuh dan seimbang mencakup spiritual, moral, imajinasi, intelektual, budaya estetika, emosi dan fisik yang semuanya diarahkan pada kesadaran tentang hubungannya dengan sesama manusia, alam dan Tuhan yang merupakan sumber dan tujuan akhir semua kehidupan. :D

Namun selain banyak manfaat dai Teori Pembelajaran Holstik, trdapat juga kelemahannya, Gaes. Di holistic orang harus belajar keseluruhan. Otomatis ada potensi tertentu yang kurang tajam dan special. Hehe kalau itu mah, yang lebih tahu Gaes untuk segera berbenah diri.


Hehe sebenernya saya juga merinding Gaes, nulis Teori pembelajaran kayak gini. Belum tentu yang nulis ini juga udah ngerjainnya. Tapi mau gimana lagi Gaes, niatnya untuk sharing kok. Dari apa yang saya dapat di kuliahan, kan gak harus sekolah buat dapat ilmu .


Sumber gambar sampul: www.satumedia.net






Share:

Tuesday 3 May 2016

Salah Jurusan atau Tersesat di Jalan yang Benar?


Inspirasi Kita.com - Bagimu yang sedang galau karena salah memilih jurusan saat masuk kuliah. Udah terlanjur keterima dan bayar atau bahkan sudah menjalani beberapa langkah mungkin. Mau pindah, mikir biaya lagi, mau maksain, rasanya kayak beli Anggur Merah tapi rasanya Cermai, asam-asam gimana gitu :). Tenang gaes, kamu gak sendirian ehehe. 

Saya adalah salah satu dari sekian mahsiswa yang mengalami salah jurusan. Ketika masa-masa pendaftaran kuliah, saya mendaftar di berbagai  jurusan di universitas berbeda. Mulai dari Pertanian, Teknik Industri dan Teknik Informatika. Karena dulu semasa SMA cenderung suka pelajaran IPA. Namun realita berkata lain. Justru saya malah diterima di salah satu Universitas Islam Negeri di Yogyakarta dengan jurusan yang sungguh asing bagi saya, Pendidikan Bahasa Arab (PBA).

Di semester awal, saya sebenarnya masih bisa beradaptasi dengan pelajaran perkuliahan, karena pelajarannya belum mengarah pada jurusan bahasa Arab. Tapi setelah masuk pada semester dua, materi kuliahnya sudah mengarah kepada Bahasa Arab, seperti nahwu dan shorof (gramatika bahasa Arab). Di sinilah permasalahannya mulai muncul. Meskipun dulu ada pelajaranbahasa Arab di SMA , tapi ketertarikanku pada bahasa Arab tidak bisa mengalahkan dunia eksakta. Sempat waktu itu, saya  berpikir untuk pindah kampus.

www.pintarnulis.com

Sekarang saya sudah memasuki pertengahan semester dua. Saya mulai sadar jika terus –menerus menyesal tidak akan mendatangkan solusi. Akhirnya beberapa minggu yang lalu, saya dan teman-teman saya yang mempunyai satu visi membentuk komunitas belajar bahasa Arab. Kami kumpul  dua kali dalam seminggu, yakni hari Jumat dan Minggu. Di dalamnya kami belajar dan berdiskusi  mengenai seluk-beluk bahasa Arab, termasuk tata bahasanya. Tentunya dipantik oleh seorang teman yang lebih pandai dan berpengalaman

Hasilnya  mulai terasa. Meskipun saya tetap belum bisa memahami bahasa Arab, minimal seperti teman-teman lain yang kebanyakan dari pondok pesantren. Setidaknya rasa percaya pada diri saya mulai tumbuh. Motivasi dan pola pikir saya berubah. Belajar bahasa Arab sama saja mempelajari bahasa internasional lainnya, bahasa Inggris, bahas Arab dan bahasa Mandarin dan sebagainya. Saya mulai berpikir jika saya terseseat di jalan yang benar.

Sampai detik ini pun saya masih kuliah di jurusan dan universitas yang sama gaes. Agar tubuh lebih berkeringat, alangkah baiknya juga kalau menyibukkan diri dengan kegiatan di kampus, UKM dan ikut organisasi mungkin. Yang terpenting apapun itu, jangan pernah berhenti belajar gaes.



Sumber Gambar sampul: kebumenmuda.com

            
Share:

Friday 29 April 2016

Buat Apa Kuliah Kalau Ujung-ujungnya Kerja?


Inspirasi Kita.com - Kuliah merupakan proses pendidikan tertinggi dalam jenjang pendidikan formal. Ibarat agama  Islam, kuliah hampir peliknya seperti rukun Islam yang ke lima, yakni haji. Karena kuliah urutan jenjang  pendidikan  Paud-TK-SD-SMP-SMA-PT. Kebanyakan bagi yang mampu baik secara fisik maupun pskologis. Dari sini maka akan muncul sebuah pertanyaan, bagaimanakah bila tidak mampu? Maksud saya yang tidak mampu secara finansial. Padahal sarjana ikut menyumbang angka pengangguran yang cukup besar. Jadi mengapa harus kuliah?

Secara  historis, sebenarnya ada sedikit pergeseran makna mengenai tujuan kuliah. Kalau dulu kuliah benar-benar untuk menimba ilmu sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Sekarang cenderung mengalami pendangkalan makna. Kuliah menjadi cara pragmatis untuk mendapatkan pekerjaan kelak di masa depan. Saya pernah mengikuti diskusi temanya “Tragedi 65”, kebetulan salah satu narasumbernya adalalah mahasiswa yang dulu kuliah di luar negeri saat orde lama berkuasa. Namun pada masa orde baru warga kenegaraan Indonesianya diputus begitu saja oleh pemerintah. Narasumber yang saya lupa namanya pernah membuat pernyataan begini “Padahal kami benar-benar mencari ilmu di luar negeri dan mengabdikan diri kepada bangsa suatu saat.”

journal.sociolla.com

Apabila kita sadar sepenuhnya, poses perkuliahan akan mengantar kita pada titik terang. Asalkan kita mau tahu dan mau bertindak ke perubahan. Pola ajar akademik misalnya, mengajak kita untuk mandiri. Mahasiswa dituntut untuk aktif dalam mengikuti perkuliahan. Istilahnya tidak lagi didulang (pedagogi) kayak di SMA. Itu contoh perubahan pola pikir yang sederhana. Hingga berlanjut pada masalah yang lebih besar. Sebagai kaum intelekual maka dalam menyelesaikan masalah harus tidak lagi seperti anak SD. Semuanya dipertimbangkan masak-masak melalui akal sehat.

Selain pola pikir, bakat dan skill pun tersalurkan. Sebab dalam perguruan tinggi fasilitas sangat memadai. Di sisi lain secara sosial kita mau tidak mau harus belajar memahami dan menyikapi teman-teman yang sangat heterogen. Di bangku universitas  kita mulai mengenal keragaman dunia luar yang sangat kompleks. Entah itu manusianya atau linngkungannya. Yang jelas unsur baru dan berbeda ketika di SMA/MA.Belum lagi ketika ikut organsasi. Persaudaraan bertambah dan wawasan pun terbuka. Bukanah silaturahim mendatangkan rizki?

Pendidikan formal seperti kuliah adalah bagian dari pendidikan. Dalam rangka usaha untuk memanusiakan manusia memang tidak harus melalui pendidikan formal formal.  Di manapun kita bisa terdidik. Namun ada satu hal dalam keilmuan yang membedakan kuliah dengan tidak menurut filsafat ilmu. Secara ilmiah ada pertangungjawaban yang jelas dan arah keilmuan yang pasti. "Orang yang tidak kuliah saja bisa sukses apalagi yang kuliah." hahaha sebenarnya saya lebih cocok dengan konsep, belajar bukan untuk kesuksesan namun kesempurnaan. :)

www.inovasee.com

Sewaktu semester satu saya pernah bertanya pada dosen Pendidikan Studi Islam (PSI)) Bapak Rajasa. Begini unyi pertanyaan saya waktu itu. “Apakah pendidikan harus di bangku formal, Pak? Dan seberapa penting dia, nyatanya banyak tokoh yang sukses tidak sampe lulus mengenyam pendidikan formal.” Yang saya maksud pendidikan formal adalah jenjang kuliah. Pikiran dangkal semester saya menyatakan ilmu dalam kuliah tak berguna bagi kehidupan sehari-hari.

Waktu itu beliau tidak lngsung menjawab. Mungkin saja beliau ingin menggunakan bahasa yang pas untuk mahasiswa semester satunya. Dan ini jawaban beliau.”Sebenarnya pendidikan tidak terbatas sekat tembok-tembok begini (ruang kelas). Kapanpun dan di manapun kamu bisa belajar. Namun ingat bagaimana negerimu ini. Selama kamu masih merasa perlu dengan selembar kertas itu (ijazah). Maka ikutilah aturan main yang ada."


Sumber gambar sampul: mahasiswawanita.blogspot.co.id
Share:

Thursday 10 March 2016

Emansipasi Wanita, Emansipasi yang Bagaimana?






Inspirasi Kita.com - Emansipasi wanita adalah sebuah wacana baru sejak abad 20. Di mana antara laki-laki dan wanita mempunyai persamaan hak. Kalau zaman dulu misalnya, wanita hanya berkutat di rumah, macak, manak dan masak. Pada kenyataannya, justru emansipasi wanita malah kebablasan. layaknya HAM, emansipasi malah menjadi kedok wanita untuk semakin memberontak kepada kaum laki-laki. 

Sebenarnya ada hal yang rancu saat kita membahas emansipasi, namun belum tegas meperjelas bagaimana wanita itu sendiri dan posisinya. Jika yang dimaksud adalah kesetaraan wanita seperti halnya laki-laki. Apa yang dilkakukan laki-laki berarti wanita pun boeleh. Laki-laki aktif dalam berbagai bidang kehidupan. Semisal politik, ekonomi, budaya, pemerintahan dan bidang lainnya yang familiar dengan laki-laki.


serambiminang.com

Jelas wanita mempunyai banyak aspek yang berbeda dari laki-laki. Fisik laki-laki tentunya berbeda dengan wanita bahkan wanita cenderung lebih menggunakan perasaan ketika merespon sesuatu. Berbeda halnya dengan laki-laki yang cenderung berpikir logis dalam menyikapi sesuatu. Tentu dari sini kita seharusnya sudah mulai menarik antitesa awal bahwa kodrat antara laki-laki dan wanita memang sudah berbeda.

Tentu saja budaya patriarki yang memandang perempuan sebagai objek dan selalu lebih rendah dari laki-laki tidak dapat dibenarkan. Karena bagaimanapun itu manusia tetaplah manusia. Ia terlahir ke dunia bukanlah begitu saja. Melainkan ada alasan yang melatar belakanginya.

Kalau dalam agama Islam sudah memaparkan wanita adalah makhluk anggun yang harus dihormati dan dilindungi. Sudah secara alami jika wanita mempunyai perbedaan dengan laki-laki. Bukan karena perbedaannya itu yang membuatnya lemah. Sebaliknya itu adalah kelebihan. Justru mereka laki-laki dan wanita adalah patner satu dengan lainnya. Harusnya sebagai mkhluk peradaban mau berdialog dan berdiskusi guna mengisi peran masing-masing dan saling melengkapi

Semoga bermanfaat ya gaes,...


Sumber gambar sampul: www.vemale.com



Share:

Featured Post

Mitos-mitos yang Sering Kita Dengar Pas Kita Kecil Dulu Part I

Waktu kita kecil dulu kita pasti sering dengar mitos yang dikatakan oleh orang tua kepada kita. Entah mitos itu tujuannya untuk mengontro...

Visitors