Mentari Pagi
Melihat langit, masih membiru,
belum banyak berubah
Kulangkahkan kaki
Menantang arah yang tak berujung,
dengan secuil keyakinan beserta setetes pengetahuan.
Demi menyongsong mentari esok yang kian menyengat.
Tetap kupijakkan kaki meski darah kian mengalir deras sekujur tubuh
Menantang awan yang berarah
Akulah harapan.
Ngemplak, 01 Januari 2015
Asa Dan Putus Asa
Ini hanya sebuah puisi kita
Tentang asa bersambut putus asa
Dulu aku belum lahir,
bukan berarti aku tak tahu
bukan tugasku untuk berbicara kebenaran atau kesalahan
Kau tak lupa kan kisah nenek moyangmu?
Mereka merelakan sisa nafasanya untuk kita
Tiada hari kecuali perang
Mati menjadi bukan hal mengerikan
Seolah mati rasa , tapi bukankah itu benderang
Kini aku sudah mulai berkemas dari remaja
Semua sudah berubah
Musuh-musuh nampak itu berganti wujud
Bukan berarti jika usia membuat buta
Kau lupa jika aku punya telinga, mata dan hati
Aku bosan,
Aku muak,
Kau sependapat dengaku kan?
Jika orang miskin diwajibkan miskin
Toh nenek moyang mereka juga miskin
Sama-sama budak
Mengapa pura-pura lupa
Sudah mati rasakah?
Mereka bukan Tuhan,
yang lebih gila,
meraka tega memakan bangkai saudaranya
Tak perlu kau menasehati
Toh mereka sudah paham,
malahan gamblang
Oh, nasib
Di manakah rasa kebersamaan itu
Ngemplak, 29 Desember 2014
Cinta Seorang Marjinal
Kala itu sore mendung
wajahmu terlihat mekar,
berseri menantang langit yang gelap
Kau mulai guncang duniaku
Nada rasa kau dendangkan
Aku yang kalut
kau tahu?
Kau lebih dari yang kutahu
Detak jantung mengencang
bukan berarti aku tak tahu
bukan tugasku untuk berbicara kebenaran atau kesalahan
Kau tak lupa kan kisah nenek moyangmu?
Mereka merelakan sisa nafasanya untuk kita
Tiada hari kecuali perang
Mati menjadi bukan hal mengerikan
Seolah mati rasa , tapi bukankah itu benderang
Kini aku sudah mulai berkemas dari remaja
Semua sudah berubah
Musuh-musuh nampak itu berganti wujud
Bukan berarti jika usia membuat buta
Kau lupa jika aku punya telinga, mata dan hati
Aku bosan,
Aku muak,
Kau sependapat dengaku kan?
Jika orang miskin diwajibkan miskin
Toh nenek moyang mereka juga miskin
Sama-sama budak
Mengapa pura-pura lupa
Sudah mati rasakah?
Mereka bukan Tuhan,
yang lebih gila,
meraka tega memakan bangkai saudaranya
Tak perlu kau menasehati
Toh mereka sudah paham,
malahan gamblang
Oh, nasib
Di manakah rasa kebersamaan itu
Ngemplak, 29 Desember 2014
Cinta Seorang Marjinal
Kala itu sore mendung
wajahmu terlihat mekar,
berseri menantang langit yang gelap
Kau mulai guncang duniaku
Nada rasa kau dendangkan
Aku yang kalut
kau tahu?
Kau lebih dari yang kutahu
Detak jantung mengencang
Oh tidak,
kau tak sedang bergurau,
Senyummu menyiratkan makna
dan aku tahu itu
Aku takut
Aku punya makna lain soal itu
Cinta tidak melulu hanya soal rasa
Cinta harus berlogika
Cinta tidak melulu buta,
tapi memahami
Cinta bukan menderit,
tapi membuat dewasa
Cinta tak pandang waktu
tapi waktu dapat mengantarkan cinta sempurna
tapi aku belia
Masih bau kencur
Hingga cinta kukatakan tuli
dan kini kau lagi
Kau tinggalkan noda
Setelah kau beri angan
kau hempaskan aku ke dalam jurang
Aku semakin terpuruk
Remuk tak berbentuk
Mataku gelap
Jiwaku sesak
Otakku linglung
dan akhirnya mati rasa
Ah,
Aku masih punya Tuhan
Semua tak ada yang sia-sia
hanya soal makna
Jakenan, 25 Desember 2014
Alhamdulillah sedari sekian lama pengen ngeblog akhirnya diberi kesempatan jua oleh-Nya. Postingan pertama sukses, yah walau bukan fresh ide masih secuil pula. Hehe nyomot dari tumpukan puisi yang terbenam oleh status FB. Harapannya bisa bermanfaat buat saya sendiru khususnya serta menginspirasi temen-temen yang baca. Hehe meski juga tulisannya masih amburadul dan seadanya. Semoga turut mampu meramaikan iklim sastra dan karya-karya kepenulisan tanah air. Aamiin. Mohon doa dan restunya ya sob. Dan satu lagi ditunggu kritik dan sarannya ya. Salam terhangat dari saya sob :) .
Sumber gambar: www.kompasiana.com, iyakan.com, www.merdeka.com
kau tak sedang bergurau,
Senyummu menyiratkan makna
dan aku tahu itu
Aku takut
Aku punya makna lain soal itu
Cinta tidak melulu hanya soal rasa
Cinta harus berlogika
Cinta tidak melulu buta,
tapi memahami
Cinta bukan menderit,
tapi membuat dewasa
Cinta tak pandang waktu
tapi waktu dapat mengantarkan cinta sempurna
tapi aku belia
Masih bau kencur
Hingga cinta kukatakan tuli
dan kini kau lagi
Kau tinggalkan noda
Setelah kau beri angan
kau hempaskan aku ke dalam jurang
Aku semakin terpuruk
Remuk tak berbentuk
Mataku gelap
Jiwaku sesak
Otakku linglung
dan akhirnya mati rasa
Ah,
Aku masih punya Tuhan
Semua tak ada yang sia-sia
hanya soal makna
Jakenan, 25 Desember 2014
Alhamdulillah sedari sekian lama pengen ngeblog akhirnya diberi kesempatan jua oleh-Nya. Postingan pertama sukses, yah walau bukan fresh ide masih secuil pula. Hehe nyomot dari tumpukan puisi yang terbenam oleh status FB. Harapannya bisa bermanfaat buat saya sendiru khususnya serta menginspirasi temen-temen yang baca. Hehe meski juga tulisannya masih amburadul dan seadanya. Semoga turut mampu meramaikan iklim sastra dan karya-karya kepenulisan tanah air. Aamiin. Mohon doa dan restunya ya sob. Dan satu lagi ditunggu kritik dan sarannya ya. Salam terhangat dari saya sob :) .
Sumber gambar: www.kompasiana.com, iyakan.com, www.merdeka.com
wah bagus nih liriknya..
ReplyDeleteJosss. Agan memang murah senyum 'hehe'..
ReplyDelete