Saturday 20 August 2016

Merokok Membunuhmu, Membunuh siapa sih Merokok Itu?


Kita sering melihat iklan di TV atau dikemasan rokok, “merokok membunuhmu.” Pertanyaannya, ini ditujukan kepada siapa? Fungsinya apa? Mengapa pernyataan itu dibuat? Mari kita sedikit rilekskan badan, semisal melakukan peregangan otot saat hendak membaca ini.

Merokok
Merokok merupakan kegiatan menghisap batang rokok setelah dibkar kemudian mengeluarkan asapnya. Itu menurut pendapat saya.

Polemik kenaikan harga rokok mulai terdengar keras saat pemerintah berencana menaikkan bea cukai baru-baru ini. Imbasnya rokok pun barang yang telah menjadi life style dierbagai kalangan masyarakat Indonesia pun harus naik. Kabar terakhir harga rokok perbungkus akan dinaikkan menjadi 50 ribu.

Kabar ini menjadi angin surga yang berhembus di kerontangnya kemarau bagi kalangan yang tak merokok dan tak suka rokok. Doa mereka agar para perokok berhenti merokok mendapat titik terang. Seperti penantian seorang jomblo yang selama ini berharap tebar pesonanya nyangkut di pohon cinta terjadi. Sebab perokok aktif dan perokok tak aktif  terkena efeknya.

Sebaliknya para perokok justru menanggapinya dengan santai. Walau ada beberapa ada yang mengumpat. Sebab rokok hampir-hampir sudah menjadi kebutuhan wajib setelah beras. Bahkan saya pernah mendengar celethukan dari salah seorang kawan perokok, “bagi saya lebih baik tak makan asal merokok.” Kesimpulan yang bisa ditarik di sini adalah saya pribadi bukan perokok, eh…. Tidak ada yang miskin untuk merokok.

Sebenarnya pro kontra mengenai rokok bukan menjadi persoalan baru di Indonesia.  Beberapa tahun yang lalu MUI menetapkan bahwa merokok itu haram. Isu tersebut mendapat sorotan dari berbagai kalangan, mulai ulama, paraktisi medis, pakar ekonomi, masyrakat biasa hingga kaum akademis. Hal itu tidak mengendurkan gairah perokok untuk berhenti merokok. Karena pada saat itu banyak yang suka dan setuju kalau hukumnya rokok itu makruh.

Sekarang isu itu muncul lagi, hanya kemasannya saja yang agak lain. Hehe. Jaman sekarang harus pandai-pandai membuat kemasan yang seksi. Walaupun itu tak berlaku pada Kreator Misalnya Mi Bikini (Bihun Kekinian) yang usahanya harus berhulu dan berurusan dengan kantor polisi, karena kemasan produknya mengndung pornografi menurut kepolisian bahkan ijin produksinya illegal.

Merokok Membunuhmu
Kesehatan menjadi alasan yang kuat untuk memuluskan kenaikan harga rokok selain pemasukan negara berambah dari bea cukai. Saya sebagai orang awam perihal dunia medis tak berniat ngeyel atau pekok bahwa jelas-jelas rokok tidak baik untuk kesehatan jantung, memicu kanker dan lainnya. Perlu dijelaskan tembakau bagian  mana yang berbahaya. 

Belum lagi urusan petani-petani tembakau. Semisal daya jual rokok turun drastis tentu akan membuat mereka gantung tangan. Seperti petani beras saat ini, kebetulan mbah saya mengeluh karena harga jual beras 1 kg cuma 7 ribu rupiah padahal di perkotaan bisa mencapai 10 ribu lebih. Belum lagi kalau padi mereka jual pada belantik, maka hargaya makin hancur-hancuran. Bahkan mereka semakin teraniaya karena kalah saing dengan beras impor.

Memang di sisi lain pembeli mendapatkan harga lebih murah. Di sisi lain ada golongan masyrakat yang tercekik, dialah petani. Mengingat biaya produksi sangat mahal. Mulai dari pupuk, air, obat-obatan, mekanisme produksi sangat mahal. Seharusnya regulasi harga pasar yang notabenenya dipegang pemerintah diatur ulang

Sialan Malah Curhat, gegara Mbah Saya Petani.
Petani tembakau tentu menjadi orang yang bingung. Belum tentu harga tembakau naik kalau harga rokok naik. Hukum produksi prusahaan adalah produksi sebesar-besarnya dan pengeluaran sekecil-kecilnya. Atau bila harga rokok naik dan benar-benar terjadi penurunan daya beli rokok lokal oleh masyarakat selain petani lagi yang pusing, pelaku produksi pun ikut pusing. Penurunan jumlah konsumen akan berimbas pada penurunan pendapatan perusahaan yang berakibat pemamangkasan biaya produksi. Ujung-ujungnya menyebabkan PHK masal. Masyarakat kecil yang kena getahnya lagi.

Pengangguran dan kesenjangan sosial akan menjadi musim ketiga setelah musim kemarau dan musim penghujan. Yah, saya berharap sih badai segera berlalu.

Mengacu pada rumus jomblo saling jatuh cinta, kayak lirik lagu “jatuh cinta berjuta rasanya”. Bahkan kata orang, kalau sedang jatuh cinta dunia serasa milik berdua yang lain ngontrak. Hehe. Tidak ada perokok yang miskin untuk merokok. Percayalah laki-laki perokok tidak lebih lebih panik ditolak cewek karena perokok daripada kenaikan harga rokok itu sendiri. Namun i’tikat baik untuk berhenti merokok adalah kebanggaan tersendiri. Toh masih ada kopi.

Entahlah, yang jelas merokok membunuhmu. Kalau kamu tanya balik, kamunya ini untuk siapa? Akan saya jawab, iya kamuu,...


Sumber gambar sampul: www.icp-capsule.com




Share:

0 comments:

Post a Comment

Featured Post

Mitos-mitos yang Sering Kita Dengar Pas Kita Kecil Dulu Part I

Waktu kita kecil dulu kita pasti sering dengar mitos yang dikatakan oleh orang tua kepada kita. Entah mitos itu tujuannya untuk mengontro...

Visitors