• Selamat menjalankan ibadah puasa

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • Sebarkan senyum dan sapa selalu di setiap kesempatan

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • Jangan lupa juga rawat toleransi atas keberagaman

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • Insya Allah berkah

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • Untuk menggapai yang fitri (suci) di hari yang fitri

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Showing posts with label Opini. Show all posts
Showing posts with label Opini. Show all posts

Tuesday 3 May 2016

Salah Jurusan atau Tersesat di Jalan yang Benar?


Inspirasi Kita.com - Bagimu yang sedang galau karena salah memilih jurusan saat masuk kuliah. Udah terlanjur keterima dan bayar atau bahkan sudah menjalani beberapa langkah mungkin. Mau pindah, mikir biaya lagi, mau maksain, rasanya kayak beli Anggur Merah tapi rasanya Cermai, asam-asam gimana gitu :). Tenang gaes, kamu gak sendirian ehehe. 

Saya adalah salah satu dari sekian mahsiswa yang mengalami salah jurusan. Ketika masa-masa pendaftaran kuliah, saya mendaftar di berbagai  jurusan di universitas berbeda. Mulai dari Pertanian, Teknik Industri dan Teknik Informatika. Karena dulu semasa SMA cenderung suka pelajaran IPA. Namun realita berkata lain. Justru saya malah diterima di salah satu Universitas Islam Negeri di Yogyakarta dengan jurusan yang sungguh asing bagi saya, Pendidikan Bahasa Arab (PBA).

Di semester awal, saya sebenarnya masih bisa beradaptasi dengan pelajaran perkuliahan, karena pelajarannya belum mengarah pada jurusan bahasa Arab. Tapi setelah masuk pada semester dua, materi kuliahnya sudah mengarah kepada Bahasa Arab, seperti nahwu dan shorof (gramatika bahasa Arab). Di sinilah permasalahannya mulai muncul. Meskipun dulu ada pelajaranbahasa Arab di SMA , tapi ketertarikanku pada bahasa Arab tidak bisa mengalahkan dunia eksakta. Sempat waktu itu, saya  berpikir untuk pindah kampus.

www.pintarnulis.com

Sekarang saya sudah memasuki pertengahan semester dua. Saya mulai sadar jika terus –menerus menyesal tidak akan mendatangkan solusi. Akhirnya beberapa minggu yang lalu, saya dan teman-teman saya yang mempunyai satu visi membentuk komunitas belajar bahasa Arab. Kami kumpul  dua kali dalam seminggu, yakni hari Jumat dan Minggu. Di dalamnya kami belajar dan berdiskusi  mengenai seluk-beluk bahasa Arab, termasuk tata bahasanya. Tentunya dipantik oleh seorang teman yang lebih pandai dan berpengalaman

Hasilnya  mulai terasa. Meskipun saya tetap belum bisa memahami bahasa Arab, minimal seperti teman-teman lain yang kebanyakan dari pondok pesantren. Setidaknya rasa percaya pada diri saya mulai tumbuh. Motivasi dan pola pikir saya berubah. Belajar bahasa Arab sama saja mempelajari bahasa internasional lainnya, bahasa Inggris, bahas Arab dan bahasa Mandarin dan sebagainya. Saya mulai berpikir jika saya terseseat di jalan yang benar.

Sampai detik ini pun saya masih kuliah di jurusan dan universitas yang sama gaes. Agar tubuh lebih berkeringat, alangkah baiknya juga kalau menyibukkan diri dengan kegiatan di kampus, UKM dan ikut organisasi mungkin. Yang terpenting apapun itu, jangan pernah berhenti belajar gaes.



Sumber Gambar sampul: kebumenmuda.com

            
Share:

Friday 29 April 2016

Buat Apa Kuliah Kalau Ujung-ujungnya Kerja?


Inspirasi Kita.com - Kuliah merupakan proses pendidikan tertinggi dalam jenjang pendidikan formal. Ibarat agama  Islam, kuliah hampir peliknya seperti rukun Islam yang ke lima, yakni haji. Karena kuliah urutan jenjang  pendidikan  Paud-TK-SD-SMP-SMA-PT. Kebanyakan bagi yang mampu baik secara fisik maupun pskologis. Dari sini maka akan muncul sebuah pertanyaan, bagaimanakah bila tidak mampu? Maksud saya yang tidak mampu secara finansial. Padahal sarjana ikut menyumbang angka pengangguran yang cukup besar. Jadi mengapa harus kuliah?

Secara  historis, sebenarnya ada sedikit pergeseran makna mengenai tujuan kuliah. Kalau dulu kuliah benar-benar untuk menimba ilmu sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Sekarang cenderung mengalami pendangkalan makna. Kuliah menjadi cara pragmatis untuk mendapatkan pekerjaan kelak di masa depan. Saya pernah mengikuti diskusi temanya “Tragedi 65”, kebetulan salah satu narasumbernya adalalah mahasiswa yang dulu kuliah di luar negeri saat orde lama berkuasa. Namun pada masa orde baru warga kenegaraan Indonesianya diputus begitu saja oleh pemerintah. Narasumber yang saya lupa namanya pernah membuat pernyataan begini “Padahal kami benar-benar mencari ilmu di luar negeri dan mengabdikan diri kepada bangsa suatu saat.”

journal.sociolla.com

Apabila kita sadar sepenuhnya, poses perkuliahan akan mengantar kita pada titik terang. Asalkan kita mau tahu dan mau bertindak ke perubahan. Pola ajar akademik misalnya, mengajak kita untuk mandiri. Mahasiswa dituntut untuk aktif dalam mengikuti perkuliahan. Istilahnya tidak lagi didulang (pedagogi) kayak di SMA. Itu contoh perubahan pola pikir yang sederhana. Hingga berlanjut pada masalah yang lebih besar. Sebagai kaum intelekual maka dalam menyelesaikan masalah harus tidak lagi seperti anak SD. Semuanya dipertimbangkan masak-masak melalui akal sehat.

Selain pola pikir, bakat dan skill pun tersalurkan. Sebab dalam perguruan tinggi fasilitas sangat memadai. Di sisi lain secara sosial kita mau tidak mau harus belajar memahami dan menyikapi teman-teman yang sangat heterogen. Di bangku universitas  kita mulai mengenal keragaman dunia luar yang sangat kompleks. Entah itu manusianya atau linngkungannya. Yang jelas unsur baru dan berbeda ketika di SMA/MA.Belum lagi ketika ikut organsasi. Persaudaraan bertambah dan wawasan pun terbuka. Bukanah silaturahim mendatangkan rizki?

Pendidikan formal seperti kuliah adalah bagian dari pendidikan. Dalam rangka usaha untuk memanusiakan manusia memang tidak harus melalui pendidikan formal formal.  Di manapun kita bisa terdidik. Namun ada satu hal dalam keilmuan yang membedakan kuliah dengan tidak menurut filsafat ilmu. Secara ilmiah ada pertangungjawaban yang jelas dan arah keilmuan yang pasti. "Orang yang tidak kuliah saja bisa sukses apalagi yang kuliah." hahaha sebenarnya saya lebih cocok dengan konsep, belajar bukan untuk kesuksesan namun kesempurnaan. :)

www.inovasee.com

Sewaktu semester satu saya pernah bertanya pada dosen Pendidikan Studi Islam (PSI)) Bapak Rajasa. Begini unyi pertanyaan saya waktu itu. “Apakah pendidikan harus di bangku formal, Pak? Dan seberapa penting dia, nyatanya banyak tokoh yang sukses tidak sampe lulus mengenyam pendidikan formal.” Yang saya maksud pendidikan formal adalah jenjang kuliah. Pikiran dangkal semester saya menyatakan ilmu dalam kuliah tak berguna bagi kehidupan sehari-hari.

Waktu itu beliau tidak lngsung menjawab. Mungkin saja beliau ingin menggunakan bahasa yang pas untuk mahasiswa semester satunya. Dan ini jawaban beliau.”Sebenarnya pendidikan tidak terbatas sekat tembok-tembok begini (ruang kelas). Kapanpun dan di manapun kamu bisa belajar. Namun ingat bagaimana negerimu ini. Selama kamu masih merasa perlu dengan selembar kertas itu (ijazah). Maka ikutilah aturan main yang ada."


Sumber gambar sampul: mahasiswawanita.blogspot.co.id
Share:

Thursday 10 March 2016

Emansipasi Wanita, Emansipasi yang Bagaimana?






Inspirasi Kita.com - Emansipasi wanita adalah sebuah wacana baru sejak abad 20. Di mana antara laki-laki dan wanita mempunyai persamaan hak. Kalau zaman dulu misalnya, wanita hanya berkutat di rumah, macak, manak dan masak. Pada kenyataannya, justru emansipasi wanita malah kebablasan. layaknya HAM, emansipasi malah menjadi kedok wanita untuk semakin memberontak kepada kaum laki-laki. 

Sebenarnya ada hal yang rancu saat kita membahas emansipasi, namun belum tegas meperjelas bagaimana wanita itu sendiri dan posisinya. Jika yang dimaksud adalah kesetaraan wanita seperti halnya laki-laki. Apa yang dilkakukan laki-laki berarti wanita pun boeleh. Laki-laki aktif dalam berbagai bidang kehidupan. Semisal politik, ekonomi, budaya, pemerintahan dan bidang lainnya yang familiar dengan laki-laki.


serambiminang.com

Jelas wanita mempunyai banyak aspek yang berbeda dari laki-laki. Fisik laki-laki tentunya berbeda dengan wanita bahkan wanita cenderung lebih menggunakan perasaan ketika merespon sesuatu. Berbeda halnya dengan laki-laki yang cenderung berpikir logis dalam menyikapi sesuatu. Tentu dari sini kita seharusnya sudah mulai menarik antitesa awal bahwa kodrat antara laki-laki dan wanita memang sudah berbeda.

Tentu saja budaya patriarki yang memandang perempuan sebagai objek dan selalu lebih rendah dari laki-laki tidak dapat dibenarkan. Karena bagaimanapun itu manusia tetaplah manusia. Ia terlahir ke dunia bukanlah begitu saja. Melainkan ada alasan yang melatar belakanginya.

Kalau dalam agama Islam sudah memaparkan wanita adalah makhluk anggun yang harus dihormati dan dilindungi. Sudah secara alami jika wanita mempunyai perbedaan dengan laki-laki. Bukan karena perbedaannya itu yang membuatnya lemah. Sebaliknya itu adalah kelebihan. Justru mereka laki-laki dan wanita adalah patner satu dengan lainnya. Harusnya sebagai mkhluk peradaban mau berdialog dan berdiskusi guna mengisi peran masing-masing dan saling melengkapi

Semoga bermanfaat ya gaes,...


Sumber gambar sampul: www.vemale.com



Share:

Thursday 6 August 2015

Internet Sangat Berbahaya bagi Semua Usia


Inspirasi Kita.com - Dalam tuliasan kali ini kita libur dulu gaes membahas soal tokoh-tokoh yahut Indonesia di negeri orang. Sebenarnya ini lebih ke curhat sih. Namun di alam nyata ini sob, dakui atau tidak sedikit banyak telah menjadi kebiasaan umum. Yah, ujung-ujungnya saya mewakili suara mayoritas dah, hehe. Saya anjurkan sebelum membaca tulisan ini sob, tariklah nafas dalam-dalam kemudian hembuskan pelan-pelan.Usahan tak ada bunyi  atau gangguan apapun yang bisa merusak konsentrasi sobat. Barangkali tulisan ini tak begitu panjang, bahkan sama sekali tak bermakna. Seluruhnya itu saya kembalikan ke kalian semua gaes.

Ada dunia dalam dunia. Mungkin itu kata yang tepat untuk saya jadikan pengantar kali ini sekaligus judul. Betapa seringnya kita hidup di dunia nyata ini namun kita tak bisa menikmati, alih-alih menikmati melihat, mendengar pun kita sering tak mampu. Kita mempunyai ratusan teman bahkan sampai ribuan. Pada kenyataannya kita masih kesepian. Teman yang dapat kita pandang bungkusnya saja tanpa bisa kita rengkuh. Teman yang sama sekali tak pernah tahu bagaimana kita senyatanya. Kita dapat ngobrol tiap hari, tiap jam bahkan tiap detik dengan teman kita asal sama-sama terhubung dengan satu sambungan dunia khayal, internet. Lebih gilanya kita, kadang-kadang kita percaya dengan teman yang sebenarnya tak kita kenal walau terlihat dekat. Alhasil keselamtan kita jadi taruhannya. Survei menyatakan orang yang banyak memiliki teman di dunia maya atau media sosial cenderung memiliki teman yang sedikit di dunia nyata.

wahyujanuansyah.wordpress.com

Banyak hal-hal berarti yang kita lewatkan karena kita terlalu sering sibuk memelototi gadget. Perhatian kita tersedot ke layar bermata satu ini. Di terminal,di dalam bus di hlte, di setasiun dan di tempat umum lainnya kita sering menghabiskan pandangan kita ke bawah , yaitu melihat layar. Saat kita terlalu asyik dengan layar itu. Banyak hal-hal indah yang kita buang begitu saja. Ada juga hal yang selayaknya kita lakukan di sebuah forum diskusi tersendak gara-gara dunia lain kita ini. Pengalaman saya sendiri sob, seringkali saya temui pemandangan yang sama ketika bertamu ke rumah temen-temen nyata saya. Mereka lebih banyak diam dan fokus ke gadgetnya daripada sekedar ngobrol dan menatap muka saya. Sudah dapat sobat gambarkan sendiri, kami berdua akan saling diam. Membisu seperti tak punya mulut seolah-olah jika suatu saat kita bicara soal pertemuan ini sama halnya tak pernah terjadi. Semuanya akan cepat menguap bagai tak pernah ada. Alangkah baiknya jika kita mau berdialog tentang kabar masing-masing disambung dengan diskusi-diskusi ringan soal penglaman masing-masing. Bukan tak mungkin suatu saat akan ada manfaatnya. Dan keakraban semakin terjalin.

Korban internet bukan hanya berasal dari orang usia dewasa saja. Mirisnya anak-anak yang seharusnya menikamati masa-masa indahnya pupus karena ini. Berbeda dengan ketika kita kecil dulu. Sepulang dari sekolah, kita lempar tas kita yang penuh buku-buku ke atas meja. Secepat kilat pakain seragam kita ganti. Bermain kelereng bareng teman, bertengkar gara-gara kita merasa dibodohi, bermain umbul, bermain layang-layang di kala kemarau. Seolah matahari siang tak terasa menyengat. Berburu ikan dan belut di sawah pas musim penghujan. Hingga matahari mulai hilang baru-baru kita sadar kalo ini waktunya pulang. Aneka rasa itu sungguh terbalut menjadi kue istimewa yang bernama kenangan. Dan saya kira itulah masanya belajar dan bermain. Kalian merasakannya sob? Kontras sekali dengan generasi kini. Anak-anak lebih suka bermain game online, sibuk dengan gadgetnya, bermain dengan plastation. Masa yang seharusnya digunakan untuk bersosialisasi dengan kawan dan lingkungannya terbuang begitu saja. Hingga pun kebersamaan dan tenggang rasa hampir-hampir menjadi hal yang punah di dunia nyata ini.

rieztoshare.blogspot.co.id

Bukan sesuatu yang tak mungkin generasi masa depan adalah generasi idiot. Smartphone lah yang pintar. Betapa konyolnya, kita di perbudak buatan kita sendiri. Apapun itu sob, jika takarannya berlebihan akan berujung tidak baik. Mari kita jaga diri kita, generasi kita, anak-anak kita dan orang-orang terdekat kita. Gunakanlah internet terlebih medsos atau media sosial semisal, FB, Twitter,path dll sewajarnya saja. Atau jika tidak kita akan terasing di dunia kita sendiri.

Apapun tanggapan sobat sekalian tak ada maksud saya untuk menggurui dan memaksa untuk ikut apa yang saya tuliskan di atas. Sebenarnya banyak pula manfaat internet, tergantung kebijaksanaan kita atau akan menjadi bumeranng bagi kita sendiri. Pada akhirnya berujung pada satu muara simpulan. Sesuatu yang berlebihan akan menjadi kurang baik. Semoga ini bisa menjadi bahan renungan dan pertimbangan kita dalam mengarungi era digital ini. Save Our Generations. Matikan layar. Semoga bermanfaat, salam inspirasi sob.


Sumber gambar sampul: syahnarahmah.blogspot.co.id




Share:

Featured Post

Mitos-mitos yang Sering Kita Dengar Pas Kita Kecil Dulu Part I

Waktu kita kecil dulu kita pasti sering dengar mitos yang dikatakan oleh orang tua kepada kita. Entah mitos itu tujuannya untuk mengontro...

Visitors